Mas adalah seorang yang sangat pengertian terhadap segala hal, termasuk dalam hal menghadapi semua sikap dan perilaku yang kulakukan. Aku selalu melihat mas dari sisi yang berbeda, yaitu sisi keindahannya. Tak pernah kutemukan kekurangan satu pun dalam diri mas, karena semua kekurangannya bagiku adalah celah untuk kulengkapi hingga tak nampak lagi ada celah dalam dirinya. Semua candanya, tawanya, wajah bangun tidurnya, ekspresinya ketika sedang berpikir, merupakan surga dunia yang membuatku tak rela jika harus digantikan dengan hal lain. Karena cukup memandangnya sudah membuatku berasa teduh, layaknya warna hijau tua yang berada di dalam kedua surga itu.
Pernah suatu ketika aku membuat mas kesal, dan saat itulah saat terhina dan terpuruk dalam 2 bulan perjalanan rumah tangga ini. Tidak.... aku selalu berprinsip untuk menghindari potensi membuat kesalahan, namun sekalinya aku salah malah kepada suami sendiri. Aku tak pernah merasa benar-benar menyesal hingga saat itu. Yang kurasa saat itu adalah hilang semua keridha-an mas terhadapku. Saat itu pula aku bertaubat kepada Tuhanku dan bersimpuh di dekat mas untuk mendapatkan keridha-an nya kembali. Penyesalan begitu dalam selalu membayangi sejak kejadian kala itu hingga membuatku malu dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi.
Mas membuatku menjadi orang yang lebih baik. Semenjak menikah banyak perubahan drastis yang terjadi dalam diriku. Mulai dari membiasakan hidup hemat, ibadah tepat pada waktunya, menyempatkan diri untuk mengaji dalam sehari, belajar memasak, dan mulai merawat segala hal yang ada di sekitar agar mas merasa nyaman bila berada di dekatku. Jaman dulu sebelum nikah kalo disuruh masak sama mama paling cuma bantu nyiapin bahan2nya doang, sekarang sejak sama mas yg doyan makan, aku harus mempelajari semua proses tahapan memasak dari awal hingga akhir, dan mencobanya secara mandiri. Yah meskipun belum sama sekali hasil masakanku dicicipi oleh mas, tapi setidaknya aku membuat progress yang sangat pesat semenjak hidup bersama mas.
Aku ini wanita pencemburu. Seringkali aku melihat mas bersendau gurau dengan teman lawan jenisnya entah secara langsung atau via media sosial. Sebenarnya dalam hati ini sudah banyak pikiran2 negatif muncul, kekhawatiran, dan rasa takut bahwa mas mendapati orang lain lebih menarik perhatiannya daripada diriku. Namun mas selalu bilang dari awal bahwa kunci utamanya adalah percaya... dan aku sangat ingin mempercayai mas sebagaimana mas percaya padaku.
Terkadang aku merasa sangat bodoh dan tidak berguna ketika orang tua mas masih melayani mas untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya saja menyiapkan makan, menyediakan baju, dan hal-hal lain yang sebenarnya bisa kulakukan. Mama dulu pernah cerita padaku bahwa seorang anak laki-laki takkan pernah lepas dari ibunya, dan hal itu yang membuatku wajar ketika mas masing ingin bermanja-manjaan kepada orang tuanya layaknya ia masih seorang bocah kecil kesayangan mereka. Apalagi untuk seorang menantu yang masih tinggal di rumah mertua, pasti akan ada kala dimana suami merasa nyaman bersama orang tuanya daripada bersama istrinya sendiri. Yah memang kuakui aku mencemburui hal ini juga, namun sabar adalah bekal yang kubawa sejak awal.
Biar
Biarlah
Biarlah dulu
Biarlah aku berbakti kepada mas dan kedua orang tuanya terlebih dahulu, agar aku ditempa, agar aku diberi bekal untuk mempersiapkan segala hal ketika kelak aku yang akan mengurus keluarga kecilku sendiri di tempat yang terpisah.
Biarlah mas menyelesaikan masa baktinya kepada orang tuanya hingga Tuhan memutuskan bahwa kami sudah mampu.
Aku selalu merindukanmu, mas
Teruntuk mas yang selalu kusebut dalam setiap doaku.
Salam sayang,
Istrimu
No comments:
Post a Comment