Sunday, April 13, 2014

Tak ada kata yang terucap

Hai sahabatku, apa kabarmu?
Semoga kau tetap selalu indah seperti biasanya.
Nampak di mataku kini cahayamu mulai meredup. Terasingkan dengan berbagai hal yang menghalangimu.
Aku rindukan garis senyum pembawa kedamaian itu, kawan.
Garis penuh ikhlas
Layaknya bulan sabit tersenyum pada semua orang di belahan bumi manapun tanpa kenal pamrih.

Sahabat
Aku tidak mengetahui kondisimu saat ini.
Berbagi denganku sudah bukan lagi menjadi kebiasaanmu.
Kini kita saling terbungkam dalam aksara, memaksa jemari ini untuk terus menari dengan indahnya.
Terkadang tarian yang penuh kebahagiaan, namun seringkali tarian yang menyayat hati.
Aku tidak bahagia, harus menunggumu berbicara dengan sinaps terlebih dahulu.
Karena aku ingin sesekali engkau menuliskan sesuatu untukku, sesuatu yang benar-benar murni dari hatimu bahwa tulisan itu benar untukku.
Cerita-cerita indah itu kini tergantikan dengan hikayat sedih tak berujung.
Menantikan seorang Aktor untuk turun dan membuat akhir bahagia dalam kurun waktu yang sangat lama.
Aku terkadang berfikir bahwa adilkah Tuhan memisahkan kita dengan hikayat tragis? Dengan kehilangan seorang pemeran dalam sebuah cerita dan keberadaannya akan dimusnahkan selamanya?
Kenapa harus hikayat? Yang akhirnya tidak selalu bahagia
Kenapa tidak cerita pengantar tidur saja? Yang selalu saja berhasil membuat anak-anak tertidur dalam kedamaian?

Sahabatku tersayang..
Entah pada akhirnya kau yang harus meninggalkanku terlebih dahulu, ataukah aku.
Entahlah
Kau tidak punya daya dalam mengetahui kisahku
Sama seperti saat aku mendengar kisahmu
Seakan-akan tak ada lagi hari esok
Menyisakan orang-orang tercinta duduk menyesal telah menyia-nyiakan keberadaan kita.
Tapi aku tidak akan pernah menyesal jika kehilangan kamu nanti. Karena aku yakin, ikatan batin dalam diri kita sebelumnya sangat erat, aku tidak akan pernah merasa kehilanganmu, aku selalu punya kamu di sini *nunjuk jantung hati*.
Itu yang membuatku tetap ingin hidup, mendengar kisah indahmu, bukan kisah sedihmu.
Aku menantimu seperti mentari pagi hari, tanpa harus kecewa jika kau tinggalkan pada sore hari, karena aku yakin kau akan datang kembali keesokan harinya.
Kecuali Tuhan memintamu tak kembali.

Sahabatku
Benar adanya aku di harimu mungkin tak pernah membuatmu istimewa, karena kenyataannya aku memang tidak istimewa.
Namun pernah sekali aku merasa kau orang yang sangat istimewa bagiku, yaitu membiarkanku terlelap dalam hening malam di sisimu.
Aku merasa orang terdekat dalam hidupmu, sangat dekat.
Hingga kini tak pernah ada lagi kedekatan semacam itu.
Cerita klasik malam itu, sungguh mengantarkanku ke dalam tidur yang sangat damai.
Entah kapan kau akan punya keinginan untuk berbagi kisah kembali pada malam-malam berikutnya.
Adakah sedikit perasaanmu menginginkan hal itu??
Jika memang ada, LIVE ON, DEAR FRIEND :)
Karena aku yakin kau belum puas dengan hidupmu, dengan apa yang sudah kau terima hingga saat ini.
Dan karena aku yakin.
Sebetulnya kau merindukan sosok sahabat sepertiku juga
Yang membuat hatimu merasa damai, tercurahkan, dan tercerahkan.
Dengan jalan yang lebih benar
Nanti....

No comments:

Post a Comment